Rabu, 21 Agustus 2013

Ramadhan, masjid pontianak (2)

RAMADHAN Di MASJID KOTA PONTIANAK (II).

Sebagai informasi syiarnya pelaksanaan shalat di bulan Ramadhan 1434 H. Perlu kiranya penulis menuangkan beberapa pengalaman ber-safari ramadhan selain di Masjid Raya Mujahidin Pontianak, yaitu beberapa masjid yang bisa terjangkau oleh penulis.


Masjid Al-Jihad, juga merupakan masjid yang sering penulis kunjungi, merupakan masjid lama dan bangunannya sekitar 90 persen terdiri dari bahan kayu pilihan, unik dengan kondisi bangunan yang serba kayu, dan dibagian atas mimbar imam terpasang kaca besar sehingga bisa tampak jelas arah kiblat, inilah masjid yang menurut penulis mempunyai ciri khas kalimantan, yang terkenal dengan kekayaan kayunya yang konon pernah menjadi icon masjid pontianak.
Masjid ini letaknya di Jalan Sultan Abdurrahman, diujung jalan Sumatera-Sultan Gusti Johan Idrus, namun untuk parkir kendaraan mobil agak sulit karena terparkir pada bahu jalan yang ada. Disini pelaksanaan tarawihnya adalah 11 rakaat rakaat termasuk shalat witir.

Di masjid Al-Jihad ini penulis lihat, juga mempunyai kekhususan yaitu saat seusai shalat wajib misalnya setelah shalat dzuhur pada bulan ramadhan, salah seorang pengurus membacakan 2 Hadits disertai arti dan maknanya, penulis beberapa kali melaksanakan shalat wajib disini memang terasa berbeda dengan kondisi masjid yang dikelilingi bahan kayu pilihan telah membuat ketertarikan penulis mengunjungi masjid ini,  dan juga sempat berbincang dengan Imam Masjid yaitu Bapak ustad H. Iyan putera bapak H. M. Harun pensiunan pejabat Pemda Provinsi Kalbar dan kalau tidak salah informasi merupakan salah seorang pendiri Masjid Al-Jihad.

Masjid As-Shobirin, masjid yang tidak terlalu besar, letaknya strategis di terusan jalan Sumatera-Jalan Sultan Gusti Johan Idrus, bersebelahan dengan Balai Diklat Pemda Provinsi Kalimantan Barat, yang berbeda disini adalah sebagian besar jamaahnya merupakan pemuda-pemudi dengan postur yang tegap, maklum mereka adalah siswa IPDN Kalimantan Barat yang kebetulan lokasi sekolah mereka ada di Balai Diklat Pemda Provinsi Kalbar. Di masjid ini kultum atau ceramah ramadhan dilaksanakan setelah shalat isya sebelum shalat tarawih dan juga ada kultum setelah shalat shubuh.

Penulis sesekali shalat tarawih dimasjid ini, ada yang khusus yaitu diseberang jalan masjid ini ada penjual pecel lele yang penulis beli setelah melaksanakan shalat tarawih untuk persiapan makan sahur.
Pernah saat melaksanakan shalat tarawih penulis 2 kali berjumpa dengan pak Samsudin Kepala KPKNL Pontianak yang berniat untuk melakukan safari shalat tarawih pada beberapa masjid di kota Pontianak, insyaAllah tercapai niat beliau yang sudah tentu Allah akan memberikan hidayahNya, Amin.

Mengenai kultum di masjid ini ada cerita menarik, sebagaimana yang disampaikan pak Basri Kasi PKN 3 Kanwil DJKN Kalbar, beliau pernah shalat tarawih disana dan mendengarkan kultum, komentar beliau adalah ceramah kultumnya “agak keras”, tapi menurut penulis apa yang diutarakan pada kultum disana adalah merupakan suatu hal terkait kemurnian ajaran Islam yang kadangkala memang dirasakan langsung menyindir terhadap perilaku yang kurang baik dilaksanaan pada saat ini, karena juga kemungkinan penceramah mengetahui bahwa jamaah disana sebagian besar adalah calon pemimpin daerah nantinya dari siswa IPDN, jadi perlu ada suatu ketegasan dalam penyampaian ceramah kultumnya.

Didekat tempat tinggal penulis ada lagi suatu masjid, namanya Masjid Al-Ikhlas terletak dijalan Wonoyoso I gang 3, terusan dari jalan Surya, masjid ini melaksanakan shalat tarawih dengan 11 rakaat termasuk shalat witirnya, dan saat berjamaah masjid ini terasa seperti masjid kantor, karena beberapa jamaahnya merupakan pegawai staf Kanwil DJKN Kalbar dan KPKNL Pontianak, maklum mereka kost atau kontrak rumah dekat dengan Masjid ini, terutama jamaah tetap adalah pak Casrudin Kepala Seksi Bimbingan Lelang III Kanwil DJKN Kalbar yang mutasi ke KPKNL Pontianak selaku Kasi Kepatuhan Internal, kebetulan rumahnya hanya berjarak beberapa puluh meter dari masjid.

Tempat persinggahan ramadhan lainnya adalah Masjid Miftahul Huda, masjid yang berada dalam Kompleks perumahan Sudi Moro masuk dari jalan Sumatera setelah melewati warung Gado-gado Madura biasa disebut penulis dan beberapa rekan, karena penjualnya kebetulan orang madura. Jamaah masjid disini kental dengan suasana di Jawa, karena sebagian besar jamaahnya berasal dari Jawa dan Madura, tarawih disini melaksanakan 20 rakaat dengan witir 2 rakaat + 1 rakaat.

Di masjid inilah almarhumah isteri pak Syamsudin sekarang Kepala KPKNL Kupang sempat dishalatkan sebelum dibawa kepemakaman, dan juga penulis mempunyai kenangan tersendiri akan masjid ini, karena pada saat ramadhan tahun sebelumnya penulis sering melaksanakan shalat disini baik shalat wajib, jum’at maupun tarawih, karena tempat tinggal “kost” di jalan Karyabhakti 3 lokasinya sekitar beberapa puluh meter dari masjid ini.  

Bahkan saat shalat disini teringat teman-teman satu kost dulu, pak Zulfi Mediyansyah sekarang Kepala KPKNL Metro, pak Edy Rusbiyantoro Kasi Kepatuhan Internal KPKNL Tegal merupakan “alumni kost” Karyabhakti 3 yang pernah shalat di masjid ini, dan khususnya terutama kepada pak Yuliarno juga “alumni kost” yang saat ini sudah mutasi ke KPKNL Pekalongan, yang sering mengantar saya shalat Jum’at di masjid ini dengan Mogenya...

Untuk masjid yang cukup modern, penulis pernah berkunjung ke Masjid Al-Mujahid, merupakan masjid dengan bangunan baru mempunyai 2 lantai cukup menampung banyak jamaah, dalamnya sudah pasti sejuk dengan kondisi gedung baru ber-AC pula sudah tentu bisa memberikan kenyamanan jamaah untuk beribadah, letaknya di jalan Putri Candramidi  biasa disebut jalan Podomoro, disini shalat tarawih dilaksanakan dengan 20 rakaat dengan 2 rakaat sekali salam, dan witir 2 rakaat + 1 rakaat. Namun untuk parkir kendaraan jenis mobil pada bulan ramadhan terpaksa diparkir di bahu jalan, karena area lahan yang terbatas hanya bisa digunakan untuk parkir motor saja.

Ada yang khas pada masjid Al-Mujahid ini, penulis baru sekali mendapati masjid yang terpasang CCTV dan layar monitor yang cukup besar terpampang di tembok ruang dalam masjid, jadi jamaah masih bisa mengetahui kondisi luar masjid terutama pintu masuk dan area parkir motor, dalam hati penulis inilah masjid modern tapi apakah keberadaan monitor besar yang terpampang langsung di tembok berhadapan dengan jamaah shalat yang tujuannya baik apakah akan bisa tidak mengganggu konsentrasi... WAllahu A’lam bishawab.

Ada lagi masjid yang penulis kunjungi saat Ramadhan kali ini, letaknya cukup jauh dari tempat tinggal penulis yaitu di daerah Pontianak Timur namanya Masjid Al-Mu’Minun, disini juga kental dengan jamaah dari pulau Jawa khususnya Madura, pelaksanaan shalat tarawih 20 rakaat dengan witir 2 rakaat + 1 rakaat dan tanpa adanya kultum setelah isya sebelum shalat tarawih.

Persinggahan ini tidak sengaja, karena yang dituju adalah Masjid keSultanan Pontianak atau Masjid Agung Pontianak dikenal dengan Masjid Sultan Syarif Abdurrahman, karena saat di jalan menuju masjid keSultanan yang masih cukup jauh dan saat itu telah terdengar adzan isya persis dekat masjid ini, penulispun berhenti untuk isya berjamaah.

Sesuai Hadits RasulAllah, “Barang siapa yang shalat isya berjamaah, maka seolah ia telah shalat malam selama separuh malam, dan barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah, maka seolah ia telah shalat seluruh malamnya”. (HR. Muslim)

Karena mengingat hadits Rasul tersebut terkait 2 waktu shalat berjamaah yang mempunyai pahala lebih baik dari waktu shalat harian 5 waktu lainnya, yaitu shalat shubuh dan shalat isya, itulah alasan penulis untuk shalat isya dimasjid ini walau masjid keSultanan tidak tercapai tetapi insyaAllah hadits Rasul masih bisa dilaksanakan... SubhanAllah wa bihamdi.

Semoga tulisan tentang keragaman masjid di kota Pontianak yang penulis sampaikan, walau masih ada beberapa masjid yang belum sempat ditulis pada blog ini, bisa memberikan manfaat setidaknya sebagai informasi kepada siapa saja yang kemungkinan bertugas atau menikmati keindahan alam rohani keislaman Kalimantan Barat khususnya kota Pontianak, Amin.

(winanda-1434H)


Selasa, 20 Agustus 2013

SAFARI RAMADHAN, MASJID PONTIANAK



KENANGAN RAMADHAN Di MASJID KOTA PONTIANAK (I).

Tak terasa waktu berjalan cepat, ramadhan 1434 Hijriyah telah usai banyak kenangan terekam dalam kehidupan penulis yang beberapa ingin dituangkan dalam catatan kali ini, tidak semua dapat terurai dalam tulisan, ramadhan telah semakin membuka bathin bahwa Allah Maha Rahman dan Maha Rahin, dengan adanya suatu perjalanan hari yang khusus bagi orang yang bertaqwa yaitu Ramadhan sebagai bulan maghfirah. Dihati ini terasa kehilangan saat Ramadhan berakhir, perasaan haru terasa kental disaat penulis melaksanakan shalat maghrib diakhir ramadhan, hanya do’a permohonan ampunan dan ridho kepada sang Khaliq yang terus terucap agar hari yang dilalui saat setelah Ramadhan dapat memberikan peningkatan iman dan ampunanNya.
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni” (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, makka maafkanlah aku) HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah.

Pada ramadhan ini, penulis mencoba melakukan hal yang berbeda daripada perjalanan malam ramadhan tahun sebelumnya, melakukan safari ramadhan pada beberapa masjid yang berada di kota Pontianak, keanekaragaman tatacara doa setelah shalat dirasakan yang kesemuanya adalah bertujuan satu, yaitu memuji keAgungan Allah Yang Maha SegalaNya disertai salawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SallAllahualaihi Wasalam..... LaillahaillAllah Muhammad RasullAllah.

Pelaksanaan shalat tarawih di kota Pontianak terasa syiarnya, masjid-masjid selalu dipenuhi jamaah ummat Islam, yang akan menunaikan shalat malam guna melengkapi ibadah puasa siang hari, terutama pada awal Ramadhan sampai jamaah berada diluar gedung Masjid.
Ramadhan memang beda, beberapa hari menjelang puasa masjid-masjid di kota Pontianak menghias diri dan membentuk kepanitiaan agar perjalanan ibadah di bulan Ramadhan bisa terlaksana dengan baik, mereka menyambut datangnya Ramadhan dengan penuh pengharapan ridho Allah di bulan maghfirah.

Shalat Tarawih dilaksanakan pada masjid beraneka cara, ada yang melakukan Kultum atau ceramah saat menjelang shalat tarawih setelah shalat isya, namun juga ada yang langsung shalat tarawih setelah istirahat sejenak menunaikan shalat sunnah ba’da isya. Mengenai jumlah rakaat shalat  tarawih juga berbeda ada yang melaksanakan 20 rakaat maupun 8 rakaat, shalat witir yang melaksanakan 2 rakaat + 1 rakaat dan ada yang melaksanakan 3 rakaat dengan satu kali salam.

Untuk melengkapi kenangan terkait pengalaman penulis pada bulan suci Ramadhan di kota Pontianak kali ini, ada beberapa masjid yang telah dikunjungi penulis sekaligus untuk mengetahui keragaman tatacara pelaksanaan ibadah shalat dibulan Ramadhan khususnya shalat tarawih.

Masjid Mujahidin, merupakan masjid favorit karena Masjid Raya terbesar di Kota Pontianak, yang letaknya tidak terlalu jauh dari “asrama Surya Ungu” sudah pasti saat berkunjung dengan pendamping setia “phanter 1308”, Masjid ini selalu mengadakan kultum (kuliah tujuh menit) istilah trend bagi ceramah di Masjid selain ceramah Jum’at atau kegiatan khusus lainnya walaupun pada pelaksanaannya bisa lebih dari 30 menit. Kultum dilaksanakan setelah shalat isya sebelum shalat tarawih dan juga dilaksanakan setelah shalat shubuh.

Di masjid ini terasa bagai dimasjid dekat rumah orangtuaku Masjid Baabut-Taubah di Pulomas Jakarta, yang sering mengumandangkan surah Al-Qur’an dengan ayat yang cukup panjang (lama) bahkan kadangkala dilaksanakan sujud Tilawah setelah Imam mengumandangkan ayat-ayat sajdah, dikala pelaksanaan shalat isya, tarawih dan shubuh.

Imam shalat tarawih dan shalat shubuh di Masjid Mujahidin ini biasanya adalah hafiz (hafal) Al-Qur’an dan Qori (pembaca) Al-Qur’an yang pernah ikut dalam lomba MTQ Kalimantan Barat, jadi jamaah ma’mumnyapun ikut merasa sejuk mendengarnya (...sudah pasti bila Al-Qur’an dibaca benar dengan panjang-pendek dan tajwidnya insyaAllah dapat menyejukan hati yang mendengar..).

Bahkan penceramah kultum merupakan Da’i (penceramah) yang terkenal di Pontianak dan mempunyai kemampuan khusus dalam membawakan isi ceramah kultumnya, bahkan pernah salah seorang merupakan “mumpuni” hadits, dan juga pernah salah seorang ketua pembimbing Qori-Qoriah Kalimantan Barat pada MTQ Tingkat Nasional memberikan kultum ceramah terkait ilmu yang mereka kuasai, maklumlah masjid raya Pontianak sudah pasti mempunyai kualitas tersendiri untuk syiarnya islam.

Masjid Mujahidin bagi penulis mempunyai kenangan tersendiri, karena sebelum memasuki bulan Ramadhan ini penulis sering berkunjung ke Masjid Mujahidin bersama pak Tri Suwarto, sebelum beliau memasuki saat purnabhakti, kami berdua sering berkunjung kesana baik saat shalat shubuh, maghrib maupun isya, kadangkala berboncengan dengan motor yang dikendarai pak Tri panggilan akrab beliau yang merupakan pencetus “Mujahidin Shubuh Club” (MSc) (karena penulis sudah lupa untuk bisa mengendarai motor jadi hanya bisa ikut bonceng saja...) Terimakasih pak Tri atas kebersamaannya, semoga Allah Yang Maha Bijaksana selalu memberikan rahmat dan hidayahNya kepada pak Tri walaupun sudah purnabhakti tetap semangat mencintai masjid..., Amin.

Di Masjid ini juga pertama kali dalam hidup penulis dapat melaksanakan shalat shubuh bersama dengan Kepala Kantor Wilayah DJKN pak Anugrah Komara, bahkan beliau beberapa kali bersama turut mendengarkan kultum shubuh namanya (tapi lama waktu ceramah sekitar 30 menit bahkan lebih dan di laksanakan setelah shalat shubuh), walau kadangkala dengan mata yang sayu karena mengantuk tapi semangat Ramadhan telah membuat beliau bertahan mendengarkan yang usainya hampir mendekati jam 06.00 pagi... SubhanAllah, semoga Allah senantiasa memberikan pahala yang berlimpah atas kehadiran pak Anugrah saat shalat shubuh dan ikut kultumnya, serta insyaAllah tetap berlanjut setelah Ramadhan usai.., Amin.

Masjid yang sering dikunjungi penulis selain Masjid Mujahidin adalah Masjid Al-Jamaah, salah satu masjid yang sering dikunjungi terutama pada shalat hari biasa, letaknya diujung jalan Surya dan jalan Sumatera, merupakan Masjid terdekat dengan “asrama Surya Ungu” tempat tinggal penulis saat ini, dengan bangunan sebagian besar terdiri dari kayu dan ditambah dengan AC membuat jamaah bisa lebih tenang melaksanakan shalat. Untuk shalat tarawih dilaksanakan dengan 23 rakaat termasuk shalat witir.

Kekhususan masjid ini adalah saat bulan Ramadhan tiba, maka dihalaman depan masjid selalu penuh dengan pedagang ‘juadah’ yaitu penjual makanan yang hanya dijual saat sore hari pada bulan suci Ramadhan, sangat membantu untuk kaum muslimin yang tidak sempat masak terutama “anak asrama atau anak kost” untuk membeli makanan berbuka ataupun persiapan makan sahur.

Sebagai informasi, untuk makanan yang dijualpun beranekaragam, ada kolak pisang, ubi dan kolangkaling seharga Rp. 3.500 – Rp. 5.000, ada masakan rendang seharga Rp. 6.000,- perpotong kecil. Ada juga dijual ayam dan ikan bakar, bahkan mpek-mpek masakan khas palembangpun dijajakan harganya cukup meriah antara Rp. 8.000 – Rp. 12.000,- (maaf untuk selingan perlu juga disebutkan jenis dan harga makanan, bukan ajang promosi....)

Ramadhan kali ini memang memberikan kesan kenangan yang berbeda, demikian yang dikatakan pak Anugrah Kepala Kanwil DJKN Kalbar pada saat hari Senin 12 Agustus 2013, kami memulai kerja kantor kembali setelah usai liburan iedul-fitri di rumah masing-masing.

WiNanda-2013