KENANGAN RAMADHAN Di MASJID KOTA
PONTIANAK (I).
“Allahumma
innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni” (Ya Allah, sesungguhnya Engkau
Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, makka maafkanlah
aku) HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Pada ramadhan ini, penulis mencoba
melakukan hal yang berbeda daripada perjalanan malam ramadhan tahun sebelumnya,
melakukan safari ramadhan pada beberapa masjid yang berada di kota Pontianak,
keanekaragaman tatacara doa setelah shalat dirasakan yang kesemuanya adalah
bertujuan satu, yaitu memuji keAgungan Allah Yang Maha SegalaNya disertai
salawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SallAllahualaihi
Wasalam..... LaillahaillAllah Muhammad RasullAllah.
Pelaksanaan shalat tarawih di kota
Pontianak terasa syiarnya, masjid-masjid selalu dipenuhi jamaah ummat Islam,
yang akan menunaikan shalat malam guna melengkapi ibadah puasa siang hari,
terutama pada awal Ramadhan sampai jamaah berada diluar gedung Masjid.
Ramadhan memang beda, beberapa hari
menjelang puasa masjid-masjid di kota Pontianak menghias diri dan membentuk
kepanitiaan agar perjalanan ibadah di bulan Ramadhan bisa terlaksana dengan
baik, mereka menyambut datangnya Ramadhan dengan penuh pengharapan ridho Allah
di bulan maghfirah.
Shalat Tarawih dilaksanakan pada
masjid beraneka cara, ada yang melakukan Kultum atau ceramah saat menjelang
shalat tarawih setelah shalat isya, namun juga ada yang langsung shalat tarawih
setelah istirahat sejenak menunaikan shalat sunnah ba’da isya. Mengenai jumlah
rakaat shalat tarawih juga berbeda ada yang
melaksanakan 20 rakaat maupun 8 rakaat, shalat witir yang melaksanakan 2 rakaat
+ 1 rakaat dan ada yang melaksanakan 3 rakaat dengan satu kali salam.
Untuk melengkapi kenangan terkait
pengalaman penulis pada bulan suci Ramadhan di kota Pontianak kali ini, ada
beberapa masjid yang telah dikunjungi penulis sekaligus untuk mengetahui
keragaman tatacara pelaksanaan ibadah shalat dibulan Ramadhan khususnya shalat
tarawih.
Masjid Mujahidin, merupakan masjid
favorit karena Masjid Raya terbesar di Kota Pontianak, yang letaknya tidak
terlalu jauh dari “asrama Surya Ungu”
sudah pasti saat berkunjung dengan pendamping setia “phanter 1308”, Masjid ini
selalu mengadakan kultum (kuliah tujuh menit) istilah trend bagi ceramah di Masjid selain ceramah Jum’at atau kegiatan
khusus lainnya walaupun pada pelaksanaannya bisa lebih dari 30 menit. Kultum
dilaksanakan setelah shalat isya sebelum shalat tarawih dan juga dilaksanakan
setelah shalat shubuh.
Di masjid ini terasa bagai dimasjid
dekat rumah orangtuaku Masjid
Baabut-Taubah di Pulomas Jakarta, yang sering mengumandangkan surah
Al-Qur’an dengan ayat yang cukup panjang (lama) bahkan kadangkala dilaksanakan
sujud Tilawah setelah Imam mengumandangkan ayat-ayat sajdah, dikala pelaksanaan shalat isya,
tarawih dan shubuh.
Imam shalat tarawih dan shalat
shubuh di Masjid Mujahidin ini biasanya adalah hafiz (hafal) Al-Qur’an dan Qori
(pembaca) Al-Qur’an yang pernah ikut dalam lomba MTQ Kalimantan Barat, jadi
jamaah ma’mumnyapun ikut merasa sejuk mendengarnya (...sudah pasti bila
Al-Qur’an dibaca benar dengan panjang-pendek dan tajwidnya insyaAllah dapat
menyejukan hati yang mendengar..).
Bahkan penceramah kultum merupakan
Da’i (penceramah) yang terkenal di Pontianak dan mempunyai kemampuan khusus dalam
membawakan isi ceramah kultumnya, bahkan pernah salah seorang merupakan “mumpuni” hadits, dan juga pernah salah
seorang ketua pembimbing Qori-Qoriah Kalimantan Barat pada MTQ Tingkat Nasional
memberikan kultum ceramah terkait ilmu yang mereka kuasai, maklumlah masjid
raya Pontianak sudah pasti mempunyai kualitas tersendiri untuk syiarnya islam.
Masjid Mujahidin bagi penulis
mempunyai kenangan tersendiri, karena sebelum memasuki bulan Ramadhan ini
penulis sering berkunjung ke Masjid Mujahidin bersama pak Tri Suwarto, sebelum
beliau memasuki saat purnabhakti, kami berdua sering berkunjung kesana baik
saat shalat shubuh, maghrib maupun isya, kadangkala berboncengan dengan motor
yang dikendarai pak Tri panggilan akrab beliau yang merupakan pencetus “Mujahidin Shubuh Club” (MSc) (karena penulis sudah lupa untuk
bisa mengendarai motor jadi hanya bisa ikut bonceng saja...) Terimakasih pak
Tri atas kebersamaannya, semoga Allah Yang Maha Bijaksana selalu memberikan
rahmat dan hidayahNya kepada pak Tri walaupun sudah purnabhakti tetap semangat
mencintai masjid..., Amin.
Di Masjid ini juga pertama kali
dalam hidup penulis dapat melaksanakan shalat shubuh bersama dengan Kepala
Kantor Wilayah DJKN pak Anugrah Komara, bahkan beliau beberapa kali bersama
turut mendengarkan kultum shubuh namanya (tapi lama waktu ceramah sekitar 30
menit bahkan lebih dan di laksanakan setelah shalat shubuh), walau kadangkala
dengan mata yang sayu karena mengantuk tapi semangat Ramadhan telah membuat beliau
bertahan mendengarkan yang usainya hampir mendekati jam 06.00 pagi...
SubhanAllah, semoga Allah senantiasa memberikan pahala yang berlimpah atas
kehadiran pak Anugrah saat shalat shubuh dan ikut kultumnya, serta insyaAllah
tetap berlanjut setelah Ramadhan usai.., Amin.
Masjid yang sering dikunjungi
penulis selain Masjid Mujahidin adalah Masjid Al-Jamaah, salah satu masjid yang
sering dikunjungi terutama pada shalat hari biasa, letaknya diujung jalan Surya
dan jalan Sumatera, merupakan Masjid terdekat dengan “asrama Surya Ungu” tempat tinggal penulis saat ini, dengan bangunan
sebagian besar terdiri dari kayu dan ditambah dengan AC membuat jamaah bisa
lebih tenang melaksanakan shalat. Untuk shalat tarawih dilaksanakan dengan 23
rakaat termasuk shalat witir.
Kekhususan masjid ini adalah saat
bulan Ramadhan tiba, maka dihalaman depan masjid selalu penuh dengan pedagang ‘juadah’ yaitu penjual makanan yang hanya
dijual saat sore hari pada bulan suci Ramadhan, sangat membantu untuk kaum muslimin
yang tidak sempat masak terutama “anak asrama
atau anak kost” untuk membeli makanan berbuka ataupun persiapan makan
sahur.
Sebagai informasi, untuk makanan
yang dijualpun beranekaragam, ada kolak pisang, ubi dan kolangkaling seharga
Rp. 3.500 – Rp. 5.000, ada masakan rendang seharga Rp. 6.000,- perpotong kecil.
Ada juga dijual ayam dan ikan bakar, bahkan mpek-mpek masakan khas palembangpun
dijajakan harganya cukup meriah antara Rp. 8.000 – Rp. 12.000,- (maaf untuk
selingan perlu juga disebutkan jenis dan harga makanan, bukan ajang
promosi....)
Ramadhan kali ini memang memberikan
kesan kenangan yang berbeda, demikian yang dikatakan pak Anugrah Kepala Kanwil
DJKN Kalbar pada saat hari Senin 12 Agustus 2013, kami memulai kerja kantor kembali
setelah usai liburan iedul-fitri di
rumah masing-masing.
WiNanda-2013
WiNanda-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar