CHAIRUL
TANJUNG, WAKIL KETUA KTT APEC 2013.
"From no body to be Somebody, From nothing to be Something” (chairul tanjung)
Tanggal 1 - 8 Oktober 2013
Indonesia menjadi tuan rumah KKT APEC, ada hal yang menggelitik hati saya untuk
menulis profile Bapak Chairul Tanjung selaku Wakil Ketua Panitia Nasional KTT APEC, dengan Ketuanya Bapak
Hatta Rajasa Menko Perekonomian, serta Ketua Panitia Pengarah Presiden SBY dan
Wakil Bapak Boediono Wapres RI.
Kedudukan yang prestise bagi Bapak Chairul Tanjung “Si Anak Singkong”, seorang anak yang hormat dan cinta kepada ibunya, seorang pebisnis yang namanya masuk dalam daftar 395 orang terkaya di dunia dan nomor 5 di Indonesia versi Majalah Forbes edisi Maret 2013, saat ini menjadi topik pembicaraan politik karena beredar rekayasa foto yang berusaha menjatuhkan namanya terhadap Presiden SBY.
Kedudukan yang prestise bagi Bapak Chairul Tanjung “Si Anak Singkong”, seorang anak yang hormat dan cinta kepada ibunya, seorang pebisnis yang namanya masuk dalam daftar 395 orang terkaya di dunia dan nomor 5 di Indonesia versi Majalah Forbes edisi Maret 2013, saat ini menjadi topik pembicaraan politik karena beredar rekayasa foto yang berusaha menjatuhkan namanya terhadap Presiden SBY.
KECINTAAN KEPADA IBUNDA.
Dalam buku biografi Chairul
Tanjung si Anak Singkong, ditulis bahwa “Ibu bagiku adalah segalanya, beliau
merasa apa yang dilakukannya untuk mengantarkan ibunda pergi naik haji
merupakan suatu hal yang perlu dilakukan”, beliau terinspirasi terhadap kisah
Salman Al-Farasi.
Kisah yang menceritakan seorang anak bernama Salman Al-Farasi yang bersedia mengantarkan ibunya untuk pergi ibadah haji, walau dengan cara menggendongnya karena ketidakberdayaan ibunya untuk berjalan kaki, dengan penuh keikhlasan dan memohon ridho Allah Salman Al-Farisi telah menggendong ibunya yang lumpuh untuk menunaikan ibadah haji, ibunya digendong dengan jarak yang cukup jauh dan sesampainya di Makkah terasa kulit badan Salman Al-Farasi sakit dan mengelupas, namun tidak dihiraukan dan tidak pernah berkeluh kesah, begitupun sesampainya kembali kerumahnya. Setelah melaksanakan ibadah haji tersebut Salman Al-Farasi masih merasakan belumlah ia dapat membalas jasa ibunya yang telah menjaga dan memeliharanya hingga dewasa.
Dengan rendah hati, Bapak Chairul Tanjung melukiskan perjalanan yang dilaluinya mengantarkan ibunda beliau pergi ibadah haji, identik dengan apa yang dilakukan oleh Salman Al-Farasi, bahwa yang telah dilakukan belumlah seberapa dibandingkan peran ibunda beliau yang telah mengantarkan perjuangan beliau sehingga menjadi manusia yang berguna seperti sekarang ini, semua adalah merupakan berkah dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, dengan kekuatan do’a dari ibunda beliau yang luar biasa perannya terhadap kesuksesan yang telah diraihnya sekarang ini
Ibu Halimah ibunda beliau, berkeinginan untuk pergi menunaikan ibadah haji, disaat itu Bapak Chairul Tanjung sudah menjadi pengusaha besar dan telah memiliki Bank Mega. Membiayai Ibu naik haji bukanlah persoalan sulit bagi beliau, namun pertanyaannya adalah siapa yang akan berangkat untuk menemani Ibunya selama ada di Mekkah menunaikan ibadah Haji mengingat pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.
Kisah yang menceritakan seorang anak bernama Salman Al-Farasi yang bersedia mengantarkan ibunya untuk pergi ibadah haji, walau dengan cara menggendongnya karena ketidakberdayaan ibunya untuk berjalan kaki, dengan penuh keikhlasan dan memohon ridho Allah Salman Al-Farisi telah menggendong ibunya yang lumpuh untuk menunaikan ibadah haji, ibunya digendong dengan jarak yang cukup jauh dan sesampainya di Makkah terasa kulit badan Salman Al-Farasi sakit dan mengelupas, namun tidak dihiraukan dan tidak pernah berkeluh kesah, begitupun sesampainya kembali kerumahnya. Setelah melaksanakan ibadah haji tersebut Salman Al-Farasi masih merasakan belumlah ia dapat membalas jasa ibunya yang telah menjaga dan memeliharanya hingga dewasa.
Dengan rendah hati, Bapak Chairul Tanjung melukiskan perjalanan yang dilaluinya mengantarkan ibunda beliau pergi ibadah haji, identik dengan apa yang dilakukan oleh Salman Al-Farasi, bahwa yang telah dilakukan belumlah seberapa dibandingkan peran ibunda beliau yang telah mengantarkan perjuangan beliau sehingga menjadi manusia yang berguna seperti sekarang ini, semua adalah merupakan berkah dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, dengan kekuatan do’a dari ibunda beliau yang luar biasa perannya terhadap kesuksesan yang telah diraihnya sekarang ini
Ibu Halimah ibunda beliau, berkeinginan untuk pergi menunaikan ibadah haji, disaat itu Bapak Chairul Tanjung sudah menjadi pengusaha besar dan telah memiliki Bank Mega. Membiayai Ibu naik haji bukanlah persoalan sulit bagi beliau, namun pertanyaannya adalah siapa yang akan berangkat untuk menemani Ibunya selama ada di Mekkah menunaikan ibadah Haji mengingat pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.
Sebenarnya Bapak Chairul Tanjung
bisa saja meminta bantuan kepada orang kepercayaan atau saudara untuk menemani
Ibunya menjalani ibadah Haji namun akhirnya beliau mengikuti suara hatinya
untuk menemani Ibu melaksanakan ibadah haji dan mendelegasikan semua pekerjaan
kepada orang-orang kepercayaannya di Indonesia, hasilnya selama di Mekkah dia
mendapat banyak pengalaman yang membuat cintanya kepada sang Ibu semakin besar
dan dia pun menyimpulkan bahwa keputusannya ini bukan hanya tepat tetapi memang
sudah menjadi amanah.
Hal ini yang membuat Bapak Chairul Tanjung disaat namanya meroket sebagai seorang pebisnis tenar dan kaya, disaat itu pula beliau bersedia meninggalkan segala pekerjaannya unutk mengantarkan ibundanya pergi haji, yang mungkin bagi orang lain yang super sibuk dan super kaya bisa saja mewakilkan kepada orang lain, apalagi bagi seorang Bapak Chairul Tanjung. Tapi hal itu tidak dilakukannya beliau tetap memilih mendampingi ibundanya pergi haji. SubhanaAllah wa bihamdi...
Beliau sangat hormat kepada ibundanya terlebih lagi betapa besar pengorbanan ibundanya dalam menjadikan beliau untuk tetap menjadi seorang yang dapat dibanggakan seperti sekarang ini, dalam bukunya dilukiskan betapa besar pengorbanan ibunda dalam kehidupannya.
"Chairul uang kuliah pertamamu yang ibu berikan beberapa hari yang lalu, Ibu dapatkan dari menggadaikan kain halus Ibu. Belajarlah dengan serius, Nak." kata-kata yang diucapkan Hj. Halimah, ibunda Bapak Chairul Tanjung, itu masih terngiang jelas dan menyentuh kalbu yang paling dalam. Beliau tidak menyangka ibunya terpaksa melepas kain batik halus simpanan untuk membiayai ongkos masuk kuliahnya di Fakultas Kedokteran Gigi UI tahun 1981.
Padahal beliau yakin, kain batik itu adalah harta paling berharga yang kala itu dimiliki ibundanya. Di satu sisi, saya terpukul dan terharu mendengar hal itu. Namun, dari situlah saya bertekad tidak akan meminta uang lagi kepada Ibu. Saya harus bisa memenuhi biaya kuliah sendiri". kata Bapak Chairul (Buku Chairil Tanjung, Si Anak Singkong).
PEBISNIS YANG BERHASIL
Dilahirkan 18 Juni 1962 dari seorang Bapak A.G. Tanjung dengan Ibu Halimah. Terlahir bukan dari keluarga berada, membawanya pada hidup yang penuh tantangan dan perjuangan di daerah Kemayoran Jakarta. Ayah beliau seorang wartawan di zaman orde lama dan pernah menerbitkan lima surat kabar beroplah kecil, yang terpaksa menutup usaha persnya karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu.
Dilahirkan 18 Juni 1962 dari seorang Bapak A.G. Tanjung dengan Ibu Halimah. Terlahir bukan dari keluarga berada, membawanya pada hidup yang penuh tantangan dan perjuangan di daerah Kemayoran Jakarta. Ayah beliau seorang wartawan di zaman orde lama dan pernah menerbitkan lima surat kabar beroplah kecil, yang terpaksa menutup usaha persnya karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu.
Saat memasuki bangku kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, beliau mulai berbisnis dikarenakan masalah biaya sekolahnya, sehingga ibunda beliau menjual kain batik simpanannya.
Bisnis dimulai dengan menjual fotokopi essay praktikum, dibeli tukang fotokopi dengan harga Rp 150 kemudian dia menjual lagi kepada teman-teman satu kampusnya dengan harga Rp 300. Itupun lebih murah karena tukang fotokopi sekitar kampus akan menjual dengan harga Rp 500.
Selanjutnya beliau meningkatkan bisnisnya dengan berjualan buku kuliah stensilan, kaos dan lainnya di kampusnya sendiri, kemudian membuka sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat tapi bangkrut.
Setelah menutup tokonya, Chairul membuka usaha kontraktor. Kurang berhasil, Chairul bekerja di industri baja dan kemudian pindah ke industri rotan. Waktu itulah, ia bersama tiga rekannya ia membangun PT Pariarti Shindutama. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor.
Setelah menutup tokonya, Chairul membuka usaha kontraktor. Kurang berhasil, Chairul bekerja di industri baja dan kemudian pindah ke industri rotan. Waktu itulah, ia bersama tiga rekannya ia membangun PT Pariarti Shindutama. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor.
Keberuntungan berpihak
padanya, karena perusahaannya langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu
dari Italia. Dari sini usahanya merambah ke industri genting, sandal dan
properti.
Sayang, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha dengan ketiga
rekannya, Chairul memilih menjalankan usahanya sendiri.
Saat masih kuliah beliau
sudah mulai berfikir untuk mencari uang namun bukan untuk menjadi konglomerat,
bahkan pada saat itu Bapak Chairul Tanjung tidak mengerti apa itu arti
konglomerat, yang paling penting adalah do something walaupun kecil namun tetap lakukan sesuatu untuk segera
mewujudkannya menjadi pebisnis maka lebih baik mulailah dari sesuatu yang
bisa dikuasai, yang bisa berhasil, jumlah uang bukanlah soal yang penting
berhasil.
Dengan prinsip beliau untuk menjadi “from no body to be Somebody, From nothing to be Something”, maka mulailah dari sesuatu yang kecil, mulai dari yang dekat yang paling masuk akal untuk dilakukan, mulailah dari menapaki anak tangga demi anak tangga. Disertai talenta bisnisnya demikian kuat yang kemudian dengan disertai kerja keras, kerja tuntas, kejujuran dan komitmen yang tinggi telah membawa Bapak Chairul Tanjung menjadi salah seorang pengusaha papan atas, Konglomerat di negara ini.
Dengan prinsip beliau untuk menjadi “from no body to be Somebody, From nothing to be Something”, maka mulailah dari sesuatu yang kecil, mulai dari yang dekat yang paling masuk akal untuk dilakukan, mulailah dari menapaki anak tangga demi anak tangga. Disertai talenta bisnisnya demikian kuat yang kemudian dengan disertai kerja keras, kerja tuntas, kejujuran dan komitmen yang tinggi telah membawa Bapak Chairul Tanjung menjadi salah seorang pengusaha papan atas, Konglomerat di negara ini.
Bapak Chairul Tanjung, menyatakan
suatu harapan dan keinginannya agar Indonesia bisa menjadi negara maju dan
disegani di dunia. Hal ini dia ungkapkan dalam cita cita serta visi dan misinya
demi memajukan bangsa.
Salah satu unsur yang harus
diperhatikan untuk menuju bangsa seperti itu adalah pentingnya unsur Human
Resources atau sumber daya manusia (SDM). Kita perlu mengubah keadaan yang
selama ini terjadi yaitu Indonesia sebagai negara yang berbasis buruh murah
menjadi negara dengan basis SDM yang berilmu pengetahuan dan berteknologi
tinggi karena dengan memiliki SDM yang seperti ini maka Indonesia bisa menjadi
negara maju yang berpenghasilan tinggi.
Rakyat Indonesia yang jumlahnya mencapai 240 juta harus menjadi rakyat yang terdidik dan kuat karena apabila tidak terdidik dan tidak kuat maka keberadaannya akan menjadi beban negara. Selain harus sehat dan terdidik, rakyat Indonesia harus kreatif, inovatif dan produktif.
Chairul Tanjung
menyampaikan harapannya bagi para mahasiswa yang saat ini masih menempuh
pendidikan agar tidak memiliki cita cita sebagai pekerja, tetapi bermimpilah untuk
menjadi kreator pencipta lapangan kerja.
Demikian pesan beliau saat
menghadiri acara bertajuk “Sharing, Learning, book Signing” serangkaian
acara peluncuran buku Chairul Tanjung, Si Anak Singkong yang
mendapat penghargaan sebagai “Book Of The Year” oleh Ikatan Penerbit Buku
Indonesia, pada hari Sabtu 10 November 2012, di Toko Buku Gramedia jalan
Basuki Rachmat, Surabaya.
“Kita butuh banyak wira usaha yang nasionalis, nasionalis kerakyatan, karena itu tugas kemanusiaan. Karena kekayaan tidak dibawa mati. Inilah watak kebangsaanpaling sejati. Kita berbuat, tidak hanya beretorika”. (Chairul Tanjung, Si Anak Singkong. Halaman 177).
Kesederhanaan beliau dan hormat pada orangtua menurut beliau telah bisa menjadikan menjadi lebih baik, bahkan sejak kepulangannya dari Mekkah menemani ibunda beliau, Bapak Chairul Tanjung mengakui Perusahaan di bawah Para Grup kian berkembang pesat, kemudian sejak 11 Desember 2011 dia memutuskan mengganti nama Para Grup menjadi CT Corp.
CT
adalah kependekan dari namanya sendiri Chairul Tanjung. Melalui usaha tiga bisnis inti:
keuangan, properti, dan multi media. Perusahaan dibawah naungan beliau
berkembang pesat, disektor keuangan telah mengambil alih Bank Tugu yang kini
bernama Bank Mega yang kini telah naik peringkatnya dari bank urutan bawah ke
bank kelas atas.
Di sektor properti ini mempunyai perusahaan real estate dan pada tahun 1999 telah mendirikan Bandung Supermall. Sektor multi media mendirikan Trans TV.
Saat ini banyak sekali perusahaan
jasa keuangan, perhotelan, perkebunan, travelling dan lain-lain yang tergabung
dalam CT Corp. Berikut beberapa perusahaan di CT Corp : Trans Corp, Bank Mega,
Asuransi Mega, Bandung Supermall, Detik.com, Coffe Bean and Leaf Tea dan banyak
lagi perusahaan lain.
Pada 20 November 2012 CT Corp. membeli 100% saham Carrefour dan dengan kesepakatan nama Carrefour akan diubah menjadi Trans Carrefour bahkan dalam 5 tahun ke depan Logo dan nama Carrefour akan semakin mengecil dan akhirnya menghilang diganti dengan nama dan logo yang baru.
Bahkan berdasarkan salah satu
pemberitaan 2 Oktober 2013 ini, beliau secara diam-diam sudah membeli dan
mengambil alih kepemilikan ANTV dari Perusahaan Bakri.
Itulah Bapak Chairul Tanjung dengan kekayaan sekitar 3,4 Milyar U$ setara dengan kurs saat ini sekitar Rp. 35 Trilyun, jadi dengan aset yang menggiurkan tersebut sudah tidak lagi mengherankan mempunyai bisnis yang telah menggurita dimana-mana, sehingga majalah bisnis terkenal Forbes menetapkan masuk dalam jajaran pengusaha yang mempunyai aset dalam peringkat 395 dunia dan dalam daftar nama 5 besar orang terkaya di Indonesia.
KESERTAAN DALAM APEC.
APEC (Asia-Pasific Economic Cooperation) merupakan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik, didirikan tahun 1989, dengan tujuan untuk mengkukuhkan pertumbuhan ekonomi dan pererat komunitas Negara-Negara di Asia Pasifik. Saat ini APEC beranggotakan 21 Negara, kebanyakan merupakan Negara yang memiliki garis pantai ke Samudra Pasifik, dengan 8 Negara Anggota APEC merupakan Anggota G-20 yaitu 20 Negaradengan tingkat ekonomi terbesar didunia, seperti Amerika Serikat, China, Jepang, Kore Selatan, Rusia, Australia, Kanada dan Singapura.
"Pertemuan ini penting, karena kita tahu 50% nilai perdagangan di dunia itu, dari negara-negara Anggota APEC. Jadi peran APEC untuk perdagangan dunia itu luar biasa. Forum ini bisa menjadi tempat bertukar-pendapat dan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan. Jadi buat Indonesia, pertemuan-pertemuan ini bisa meningkatkan kerjasama perdagangan. Sehingga ekspor bertambah, kondisi ekonomi bisa lebih stabil", dikatakan Duta Besar RI untuk Rusia Bapak Djauhari Oratmangun. (detik.com).
Pada tahun 2013,
Indonesia kembali menjadi tuan rumah KTT APEC. Kesempatan ini akan dimanfaatkan
Indonesia untuk memberikan kontribusi bagi arah kerja sama kawasan Asia Pasifik
dengan merujuk pada keberhasilan kepanitiaan Indonesia sebagai Ketua Pelaksana APEC
1994, yang melahirkan “Bogor Declaration”.
Untuk terlibat langsung pada
perhelatan akbar ini adalah merupakan suatu prestise bagi seseorang karena kehadiran
beberapa Kepala Negara adidaya,
sehingga setidaknya akan dapat menjadi suatu keberhasilan nama baik bagi yang bersangkutan dalam kancah politik
dan ekonomi dunia tentunya.
Saat nama Bapak Chairul Tanjung, Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) dipilih oleh Bapak Presiden SBY, jelas sudah menjadi hal yang menarik dikarenakan beliau bukanlah orang politik apalagi masuk dalam kancah birokrasi tingkat tinggi sedangkan Bapak Hatta Rajasa merupakan seorang Ketua Partai (PAN) dan Menko Perekonomian.
Untuk Bapak Chairul Tanjung lebih banyak dikenal sebagai pebisnis yang menghindari permainan politik, merujuk dari bukunya “si Anak Singkong” bahwa beliau menyatakan tidak tertarik untuk bergabung di partai politik.
“Jika tergabung dalam satu partai politik maka partai poltik lain akan memusuhi-nya, selain itu juga diungkapkan bahwa politik itu kotor dan lebih dekat ke neraka dari pada ke surga”, begitu dikatakan beliau saat dia berada di Toko Buku Gramedia Santika premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan pada Sabtu (09/02/2013).
Berdasarkan Keppres Nomor 22 Tahun 2012 tentang Panitia Nasional Penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation XXI tahun 2013, Presiden SBY telah menetapkan Bapak Hatta Rajasa Menko Perekonomian menjabat sebagai Ketua Panitia Nasional dan Chairul Tanjung Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) sebagai wakil ketua. Jadilah “Anak Singkong” menjadi salah satu pemegang peranan penting dalam perhelatan dunia.
Disaat akan dilangsungkannya KTT APEC, beliau didera suatu peristiwa terkait foto dikala beliau mendapat kunjungan Presiden SBY dan ibu ke-ruangan beliau, namun melihat beliau yang hormat kepada orangtua tidaklah mungkin beliau mau melakukan hal yang dapat menjatuhkan kredibilitas beliau yang santun dan sederhana. Bahkan beliau pernah mengatakan bahwa “beliau hormat kepada Bapak SBY selaku Presiden dan orangtua”. Menurut Ishadi, Chairul Tanjung sangat menghormati Presiden, dia itu sama SBY mundhuk-mundhuk, dia itu sangat njawani" (Tempo.co).
Melihat perjalan hidup beliau diatas, penulis merasakan banyak hal yang bisa dicontoh untuk dapat meraih keberhasilan, sebagai anak yang berbakti kepada orangtua, pebisnis maupun orang yang dipercaya dalam menjalankan suatu tugas Negara.
Bagi Bapak Chairul Tanjung, Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikan tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan dan kedisiplinan.
“Mulailah dari yang kecil setapak demi setapak disertai kerja keras, kerja tuntas, kejujuran dan komitmen yang tinggi, from no body to be Somebody, From nothing to be Something”.
**DIKUTIP DARI BEBERAPA SUMBER
WiNanda-Okt-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar